Air Terjun Darah Antartika

Fenomena alam yang terdapat di kutub selatan Antartika ini tampak sedikit menyeramkan yaitu sebuah air terjun yang mengalirkan air berwarna merah seperti darah.

Apalagi letak air terjun berada di kutub selatan yang tidak berpenghuni, tentu saja hal ini menciptakan suasana yang mengerikan.

Fenomena alam : Air Terjun Darah atau Blood Falls Antartika
Gambar : Wikimedia

Akan tetapi, apabila kita telah mengetahui penyebab pasti dari kejadian tersebut apalagi ternyata faktor-faktor ilmiahlah yang ternyata menyebabkan fenomena alam tersebut terjadi, maka sudah tentu hal yang sebelumnya kita anggap menyeramkan akan berubah menjadi wawasan pengetahuan yang menyenangkan serta mengagumkan.

Sains

Air terjun yang mengalirkan air berwarna merah darah tersebut ternyata memang fenomena alam biasa, boleh simak penjelasannya di bawah ini.


Dikutip dari National Geographic,

Blood Falls (Air Terjun Darah), dinamai seperti itu karena warna kemerahannya, sebenarnya bukan semburan darah dari beberapa luka yang tak terlihat.

Pada awalnya, para ilmuwan memberikan pendapat berbeda mengenai warna merah yang dihasilkan oleh air terjun itu dari mulai disebabkan oleh kapur hingga ganggang merah, tetapi sebuah studi di Journal of Glasiologi telah mengungkap kebenarannya menggunakan radar untuk memindai lapisan es dari mana sungai itu mengalir.

Penemuan itu datang dari sebuah tim ilmuwan termasuk penjelajah National Geographic.

Terletak di McMurdo Dry Valley Antartika, air terjun mengalir dari Gletser Taylor dan gelembung-gelembung cair naik dari celah di permukaan gletser.

Pencitraan dari bawah gletser membantu memecahkan misteri, mengungkapkan jaringan kompleks antara sungai subglasial dengan sebuah danau subglasial, semuanya dipenuhi dengan air garam yang tinggi zat besi sehingga memberikan air terjun itu warna kemerahan.

Danau di bawah gletser memiliki sebuah kadar asin yang luar biasa karena air asin memiliki titik beku yang lebih rendah dari air murni dan melepaskan panas saat membeku, maka air itu melelehkan es dan memungkinkan sungai mengalir.

Taylor Glacier adalah gletser terdingin di bumi yang airnya terus mengalir. Meskipun demikian, airnya begitu penuh dengan besi sehingga itu terlihat seperti sesuatu yang sama sekali berbeda.

Penelitian tersebut pun mengukur jumlah air asin yang kaya zat besi di air sungai dan menemukan kadar air garam meningkat.


Dikutip dari sumber lain,

Air Terjun Darah ini sebenarnya telah ditemukan sejak lama yaitu pada tahun 1911 oleh para ilmuwan, mereka menemukan tebing-tebing es berlumur air berwarna merah.

Air terjun dengan air berwarna merah tersebut pertama kali ditemukan oleh ahli geologi Australia bernama Griffith Taylor pada 1911.

Pada awalnya, warna merah pada air terjun itu diyakini karena pengaruh dari ganggang merah.

Kemudian pada tahun 2003, para peneliti mengungkapkan teori bahwa warna merah dari air terjun tersebut disebabkan karena oksidasi besi dan air yang kemungkinan berasal dari danau air asin bawah tanah.

Namun, sebelumnya tidak diketahui dari mana asal mula mengalirnya air tersebut hingga penelitian yang dilakukan oleh University of Alaska Fairbanks.

Mereka mengonfirmasi oksidasi tersebut dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada Journal of Glaciology.

Untuk melacak dari mana asal aliran air, mereka menggunakan ekolokasi (echolocation) dan hasilnya para peneliti menemukan danau berusia 5 juta tahun di bawah gletser Taylor.

Seorang peneliti mengatakan,

"Kami menggerak-gerakkan antena di sekitar gletser, hal tersebut memungkinkan kami bisa melihat apa yang ada di bawah kami, jauh di kedalaman es, mirip seperti kelelawar yang menggunakan echolocation untuk melihat benda di sekitarnya,".

Menurut para ilmuwan, ketika air danau keluar ke permukaan, air asin teroksidasi saat terekspos udara bebas.

Hal yang mengejutkan yaitu air tersebut masih berbentuk cairan meski berada di dalam gletser yang membeku.

Para peneliti juga menemukan bahwa air di bawah gletser Taylor membentang sejauh 12 km, dan berdasarkan hasil sensor, lapisan air itu diperkirakan sedalam 5 km dan air tersebut dua kali lebih asin dari air laut.


© aLez

Tentang Penulis :

Hai, Saya adalah seorang blogger yang senang mempelajari berbagai macam hal, terutama seni, teknologi, dan ilmu pengetahuan umum. Saya membuat blog ini bertujuan untuk berbagi hal yang bermanfaat, termasuk hal yang telah saya pelajari.

Artikel Terkait

Post Terbaru Post Sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar