Mengenal Bahasa Sanskerta yang abadi sepanjang masa

Walaupun usia bahasa ini sudah sangat tua tapi bahasa Sanskerta masih banyak dikenal serta kosakatanya banyak dipergunakan sebagai kata serapan dalam berbagai bahasa.

Termasuk bahasa Indonesia baku yang mempunyai banyak kosakata yang diambil dari bahasa Sanskerta, hal itu dikarenakan bahasa Sanskerta pernah menjadi bahasa utama di negara Indonesia sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia ini terbentuk sebagai negara Republik, tepatnya yaitu pada zaman kerajaan.

Tak hanya itu, kosakata dari bahasa Sanskerta pun banyak dijadikan sebagai referensi untuk nama anak atau bayi karena beberapa kosakata yang terdapat di dalam bahasa Sanskerta tampak begitu indah didengar maupun diucapkan serta memiliki arti yang istimewa.

Oleh sebab itu, kita setidaknya harus tahu dan paham mengenai asal usul bahasa Sanskerta yang ternyata mempunyai sejarah panjang dalam pembentukannya.

Sejarah

Menurut Wikipedia

Sanskerta adalah bahasa klasik India yang terkadang diucapkan sebagai Sansekerta, Sangsekerta, Sanskrit (ejaan tidak baku) berasal dari kata Saṃskṛtabhāsa yang diartikan sebagai 'bahasa yang sempurna', walaupun arti yang sebenarnya adalah 'bahasa yang berbudaya', Saṃskṛta artinya berbudaya, bhāsa artinya logat bicara.

Disebut sebagai bahasa yang sempurna karena bahasa Sanskerta jauh lebih baik dan telah disempurnakan daripada bahasa lainnya yaitu bahasa Prakerta atau 'bahasa rakyat'.

Awalnya, bahasa ini disebut sebagai Bahasa Sanskerta Weda atau Bahasa Weda karena bahasa ini digunakan dalam kitab suci Weda yang mengandung teks-teks suci.

Kitab Weda memang merupakan kitab suci agama Hindu. Akan tetapi, dengan kita menggunakan kosakata bahasa Sanskerta bukan berarti bahwa kita termasuk sebagai Hindu karena bahasa Sanskerta ini pun sudah menjadi bahasa umum, khususnya di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Berasal dari rumpun Bahasa Indo-Eropa, bahasa Sanskerta menjadi bahasa yang paling tua dan masih eksis hingga sekarang yang mana bahasa saingannya dengan usia kelahiran yang hampir sama yaitu Bahasa Het pada 1600SM yang dituturkan di Kerajaan Het di sebelah utara Turki, sudah punah sekitar tahun 1100SM.

Selanjutnya, bahasa Weda ini yang mana pertama kali dipergunakan pada kitab pertama Weda yang bernama Rgweda sekitar tahun 1700SM (Sebelum Masehi) ternyata mengalami perubahan seperti halnya bahasa Indonesia yang dari masa ke masa mengalami pembaruan.

Adalah Bahasa Sanskerta Klasik karangan Panini berjudulkan Aṣṭādhyāyī ('Tata Bahasa Delapan Bab') sekitar tahun 500SM yang ternyata menjadi pengganti bahasa Sanskerta Weda. Bahasa Sanskerta Klasik pun digunakan hingga sekarang di India walaupun sebagai bahasa minoritas dan beberapa kosakata dari bahasa Sanskerta Klasik menjadi kata serapan dalam kosakata bahasa-bahasa di berbagai negara Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Tak hanya itu bahasa Sanskerta Klasik pun disebut sebagai bahasa Sanskerta yang kita kenal saat ini, berbeda dengan bahasa Sanskerta Weda yang disebut sebagai bahasa Weda.

Pada dasarnya, kedua bahasa ini sama, hanya beberapa bentuk dari bahasa Weda diganti atau dihilangkan pada bahasa Sanskerta dan telah disempurnakan.

Sanskerta di Indonesia

Dengan mengetahui sejarah dari bahasa Sanskerta seharusnya kita menjadi paham akan kegunaannya bahwa nama seseorang yang mengandung kosakata bahasa Sanskerta belum tentu bisa dipastikan bahwa dia adalah seorang Hindu.

Itu karena bahasa Sanskerta sudah ada di wilayah yang saat ini bernama Republik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu pada masa kerajaan Hindu-Buddha yang dibawa oleh orang-orang kerajaan India kuno.

Bahkan menurut banyak sumber mengatakan bahwa kerajaan Hindu pertama dan tertua di Indonesia adalah Salakanagara, kerajaan Sunda pertama yang menjadi cikal bakal Kerajaan Tarumanagara hingga Padjadjaran atau Pajajaran yang berdiri pada tahun 130M (Masehi) dan dipimpin oleh seorang raja dari India bernama Dewawarman.

Walaupun asal usul mengenai kerajaan pertama di Indonesia masih menjadi perdebatan karena beberapa orang mengakui bahwa Kutai Martadipura yang berdiri sekitar tahun 400M sebagai kerajaan pertama di Indonesia, tapi yang pasti menurut naskah dan prasasti yang ditemukan bahwa keduanya berasal dari India dan berbahasa Sanskerta.

Sebagai contoh, nama kerajaan Salakanagara menurut naskah Wangsakerta berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti 'Negeri Perak' yang mana ini cocok dengan lokasinya yang berada di Banten sebagai penghasil logam.

Salakanagara sendiri tidak diakui keberadaannya oleh banyak sejarawan dikarenakan tidak ada bukti peninggalan seperti prasasti yang ditinggalkan oleh Kerajaan Kutai Martadipura.

Sedangkan satu-satunya bukti mengenai Kerajaan Salakanagara ini hanya ada dalam naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara yang disusun oleh sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta dari Kesultanan Cirebon dan naskah ini diragukan oleh banyak sejarawan.

Bahasa Sanskerta yang digunakan oleh kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia tentu saja merupakan bahasa Sanskerta Klasik bukan Sanskerta Weda yang mana semakin hari semakin hilang keasliannya hingga berubah menjadi bahasa-bahasa daerah yang dimulai dari bahasa Sunda Kuna, Jawa Kuno, Sunda, Jawa, Melayu dan bahasa Indonesia bahkan Tagalog Filipina.

Berikut adalah beberapa contoh dari ratusan kosakata bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Sanskerta :

a = tidak

gama = kacau

agama = tidak kacau / agama (āgama) = tradisi suci

aksara (akṣara) = huruf

angkasa (ākāśa) = langit

aniaya (anyāya) = siksa

baca (vaca) = mengartikan tulisan

bahagia (bhāgya) = sukacita

bahasa (bhāṣa) = logat

Salah satu kata serapan dari bahasa Sanskerta yang dijadikan polemik oleh beberapa pihak yaitu kata 'agama'. Beberapa di antaranya datang dari para pemuka agama Islam yang mengatakan bahwa kata 'agama' bukan berasal dari bahasa Sanskerta melainkan dari bahasa Arab 'isqamah' yang kemudian dituturkan oleh bahasa Melayu sebagai 'igama'.

Wajar saja beberapa fanatik agama mengatakan seperti itu karena seperti yang tertulis pada pembahasan di atas bahwa bahasa Sanskerta berawal dari bahasa Sanskerta Weda yang digunakan dalam kitab suci Weda umat Hindu sehingga beberapa pihak pasti akan menolaknya karena alasan identitas keagamaan.

Tapi menurut aLez pribadi, kata 'agama' sudah menjadi kosakata bahasa Indonesia yang definisi atau artinya pun berbeda dengan bahasa Sanskerta sehingga tak peduli itu berasal dari bahasa apapun.

Berikut ini adalah beberapa contoh nama orang yang menggunakan (ataupun dengan sedikit perubahan) bahasa Sanskerta :

Deva = Dewa

Indra = Raja Kahyangan, Pemimpin (Para Dewa), Dewa Indra

Gita = Tembang, Lagu

Wulandari = Rembulan Terbit

Rahayu (Ra - Ahayu) = Cantik Terhormat

Dewi (Devi) = Dewi

Wisnu (Viṣṇu) = Pelindung, Pemelihara, Dewa Wisnu

Pertiwi (Pṛthvī atau juga Pṛthivī) = Dewi, Ibu Bumi

Bayu (Vāyu) = Angin

Chandra (Candra) = Bulan

Aditya (Āditya) = Matahari

Catatan penulis

Nama-nama untuk nama anak atau bayi yang diambil dari bahasa Sanskerta tidaklah mencerminkan identitas agama atau bahkan kebangsaan melainkan itu biasanya wujud rasa kasih sayang orang tua terhadap anaknya di samping kemudahan dalam memanggil nama anaknya.

Sehingga apabila banyak pihak yang menyindir, mencela atau bahkan mengejek nama orang karena tidak sesuai dengan agamanya maka itu adalah kesalahan besar karena orang mempunyai kebebasan untuk memiliki nama apapun. Seperti contohnya orang Sunda boleh memiliki nama Jennifer, Anastasya ataupun Wilhelmina.

Itu dikarenakan jika dalam budaya Sunda tidak diperbolehkan menggunakan nama yang kebarat-baratan, maka Cendol Bandung yang bernama Cendol Elizabeth patutlah dipertanyakan.

© aLez

Tentang Penulis :

Hai, Saya adalah seorang blogger yang senang mempelajari berbagai macam hal, terutama seni, teknologi, dan ilmu pengetahuan umum. Saya membuat blog ini bertujuan untuk berbagi hal yang bermanfaat, termasuk hal yang telah saya pelajari.

Artikel Terkait

Post Terbaru Post Sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar