Kucing tidak boleh dijadikan sebagai mainan anak

Kucing adalah salah satu hewan yang memiliki tingkah laku yang lucu terlepas dari jenisnya, apakah itu kucing ras maupun non ras. Tidak ada hewan yang tingkah lakunya selucu kucing.

Angry cat by Juliet van Ree via Wikipedia

Pernyataan tersebut memang benar adanya karena kucing selain memiliki tubuh yang lentur yang dapat digerakkan untuk membuat gerakan lucu, juga memiliki sifat bawaan yang aneh dan tidak masuk akal bagi manusia. Sehingga kombinasi dari kedua hal tersebut dapat membuatnya terlihat lucu.

Apalagi untuk kucing ras yang memiliki bentuk wajah dan tubuh yang berbeda dari non ras, seperti contohnya Kucing Persia yang memiliki hidung pesek, Kucing Anggora Turki yang bentuk wajahnya tampak segitiga, Kucing Munchkin yang berwajah bulat dengan kaki pendek kerdil, Kucing Scottish Fold yang telinganya terlipat, dan sebagainya. Sehingga, penampilan yang unik dari kucing ras ini tentu saja semakin menambah kelucuannya. Bahkan beberapa orang ada yang menyebutnya sebagai boneka hidup.

Sehingga tidak mengherankan jika saat ini banyak sekali orang yang memelihara kucing sebagai hewan kesayangan, diadopsi sebagai anggota keluarga, diberi tempat tidur seperti anak manusia, dipakaikan baju khusus untuk kucing, bahkan dianggap sebagai anak dengan sebutan anak bulu atau anabul.

Namun sayangnya, masih banyak orang yang salah paham dalam hal memperlakukan kucing. Bahkan aLez sering melihat di forum-forum dan grup-grup Facebook di mana para orang tua mencari kucing untuk dibeli dengan alasan untuk dijadikan sebagai teman anaknya. Alasan tersebut tentu saja adalah bentuk lain dari pernyataan "sebagai mainan anak".

Apakah anda tahu sebuah kenyataan bahwa kucing walaupun lucu adalah termasuk hewan yang berbahaya?

Maka dari itu, anda harus mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu hewan yang disebut sebagai kucing ini supaya anda tidak salah dalam memperlakukan kucing, baik untuk keselamatan anak maupun kucing itu sendiri.

Kucing

Kocheng, Anabul, Boneka Hidup, Kitten, Kitty, Cato, atau apapun panggilan kesayangan yang anda berikan, mereka tetaplah Kucing.

Menurut Wikipedia, kata Kucing merujuk pada hewan dari famili Felidae. Di mana termasuk di dalamnya yaitu kucing besar, sedang, dan kecil.

Famili Felidae ini memiliki 3 subfamili yaitu Pantherinae, Acynonicinae, dan Felinae.

Subfamili Pantherinae terdiri dari kucing besar dan sedang yang bersifat buas, di mana di dalamnya termasuk Singa, Harimau, Macan, dan Jaguar.

Sementara subfamili Acynonicinae terdiri dari satu kucing ukuran sedang namun agak besar dan buas yaitu Cheetah.

Sedangkan kucing kesayangan kita termasuk ke dalam subfamili Felinae bersama-sama dengan kucing liar dan kucing hutan buas seperti Meong Congkok, Kucing Pallas, Lynx, Puma, Karakal, Serval, dan lainnya. Hanya saja berbeda genus.

Sebagai contoh, berikut adalah taksonomi dari kucing-kucing kecil subfamili felinae yang spesiesnya cukup terkenal.

Subfamili Felinae

Subfamili Felinae terdiri dari 10 genus dan 32 spesies, namun di sini hanya dicantumkan beberapa saja.

  1. Genus Felis

    • Spesies
      1. Felis Silvestris (Kucing Liar)
      • Subspesies
        1. Felis Silvestris Catus/Felis Catus (Kucing Domestik/Peliharaan)
        2. Felis Silvestris Lybica (Kucing Gurun/Kucing Liar Afrika)
  2. Genus Prionailurus

  3. Genus Otocolobus

  4. Genus Lynx

    • Spesies
      1. Lynx Lynx (Eurasian Lynx)
      2. Lynx Pardinus (Spanish Lynx)
      3. Lynx Canadensis (Canadian Lynx)
      4. Lynx Rufus (Bobcat)
  5. Genus Caracal

    • Spesies
      1. Caracal caracal (Karakal)
  6. Genus Leptailurus

    • Spesies
      1. Leptailurus Serval (Serval)
  7. Genus Puma

    • Spesies
      1. Puma Concolor (Puma)
      2. Puma Yaguarondi (Jaguarundi)

Berdasarkan taksonomi di atas yang dikutip dari laman Wikipedia, Felis Catus juga dianggap sebagai subspesies dari Felis Silvestris (kucing liar) sehingga nama resmi lainnya yaitu Felis Silvestris Catus, yang artinya kucing liar yang dapat dijinakkan atau didomestikasi dan dipelihara.

Sementara, nama Felis Catus Domestica dan Domesticus yang diusulkan supaya lebih spesifik justru tidak dianggap resmi karena kucing bukanlah hewan domestik (peliharaan) secara alami, melainkan hasil dari seleksi buatan.

Itu artinya, kucing - termasuk ras dan non ras - merupakan hewan liar yang didomestikasi oleh manusia. Hal ini sudah dimulai sejak zaman sebelum masehi yang bertujuan untuk dimanfaatkan sebagai pengendali hama khususnya hewan pengerat seperti tikus. Hal tersebut dikarenakan kucing dan semua anggota keluarga dari Felidae termasuk subfamili Pantherinae (Harimau, Singa, Macan, Jaguar) merupakan predator atau pemangsa.

Hasil penelitian membuktikan bahwa kucing tidak banyak mengalami perubahan sifat setelah diubah menjadi hewan peliharaan oleh manusia. Kucing dipakaikan baju, dipasangkan kalung nama dengan kerincing, diberi tempat tidur busa, diberi makan makanan mewah, dilatih untuk menjadi hewan yang baik dan sopan, mereka tidak peduli dan tetap mempertahankan sifat aslinya karena kucing tetap akan menjadi kucing dengan instingnya sebagai predator. Di mana ketika bertemu hewan kecil, kucing akan memburunya.

Fakta yang berbeda dengan anjing, yang setelah dipelihara oleh manusia akan berubah menjadi lebih patuh dan menurut kepada pengasuhnya.

Sehingga jangan heran jika banyak pecinta hewan yang mengatakan bahwa pengurus hewan anjing disebut sebagai majikan, sementara pengurus kucing disebut sebagai pembantu.

Bahaya kucing bagi anak

Tidak ada yang benar-benar paham dengan sifat kucing. Mereka bisa saja berganti mood secara tiba-tiba dalam sekejap. Contohnya, kucing menghampiri kita seolah-olah minta dielus. Akan tetapi beberapa saat kemudian, dia bisa saja marah dan mencakar tanpa kita ketahui apa penyebabnya padahal kita hanya mengelusnya yang bahkan dengan lembut. Karenanya, di luar negeri sana muncul istilah candaan evil cat.

Kucing dari subfamili Felinae, walaupun kecil, namun sangat berbahaya karena taring dan cakar kucing sangat tajam, keduanya dapat menembus kulit hingga otot, bahkan merusak jaringan. Gigitan dan cakaran yang disebabkan oleh kucing dapat menimbulkan infeksi, bahkan hingga tingkat yang sangat parah seperti demam.

Hal tersebut dikarenakan semua kucing, termasuk spesies kesayangan manusia yaitu Felis Catus, membawa sejumlah besar bakteri di mulutnya yang disebut Pasteurella Multocida. Bakteri inilah yang menyebabkan infeksi jika kucing menggigit jaringan kulit. Luka yang terinfeksi ditandai dengan bengkak, nyeri, dan kemerahan. Bahkan infeksi dapat menyebar melalui jaringan di sekitarnya atau melalui darah ke area lain di tubuh.

Bahkan para pegiat konservasi burung liar tidak sedikit yang mengeluh karena mendapati bahwa jika burung terkena serangan kucing maka 90% kemungkinannya akan mati karena tidak tahan bakteri.

Adapun kucing sering menggigit saat bermain, namun itu biasanya dilakukan dengan gigitan lembut yang tentunya tidak sama dengan gigitan saat kucing marah atau saat sedang memangsa.

Selain gigitan, cakaran kucing juga bisa membawa penyakit. Hal ini berlaku untuk kucing yang telah terinfeksi bakteri Bartonella Henselae yang didapat kucing dari gigitan kutu atau setelah berkelahi dengan kucing yang terinfeksi.

Meskipun hal ini jarang terjadi namun tetap perlu diwaspadai karena penyakit yang disebabkan oleh cakaran kucing dapat menyebabkan komplikasi serius yang bisa mempengaruhi otak, jantung, mata, atau bahkan organ tubuh lainnya.

Oleh sebab itulah para dokter, shelter, dan ahli hewan, menyarankan supaya kucing diberi vaksin. Hal ini memang tidak secara absolute mencegah kucing terkena penyakit dari virus mematikan, namun setidaknya mengurangi risiko kucing tertular bakteri yang menularkan penyakit.

Pertolongan pertama saat terkena cakaran dan gigitan kucing

Apabila terkena cakaran dan gigitan kucing yang cukup parah, segeralah basuh luka tersebut dengan air sebanyak-banyaknya. Kemudian balut luka menggunakan kain bersih untuk memperlambat pendarahan. Selanjutnya, segera periksakan ke dokter untuk mencegah kemungkinan infeksi bakteri yang lebih parah.

Sebagai contoh, aLez saat itu secara tidak sengaja tercakar kucing peliharaan ketika bermaksud mengambil sesuatu yang dikira oleh kucing mengajak bermain. Karena mengetahui terluka, aLez langsung membasuhnya dengan air hingga kemudian menyadari jika luka yang tergores ternyata cukup dalam karena mulai keluar banyak darah dan terasa nyeri.

Dengan menggunakan teknik tradisional yaitu mengobati luka dengan getah batang pohon pisang, kemudian darah berhenti mengalir. Bahkan besoknya luka yang menganga berangsur pulih. Namun, bengkak dan infeksi tidak kunjung hilang selama 3 hari setelahnya.

Maka dari itu, apabila mendapat luka yang cukup parah terkena cakar kucing maka sebaiknya kunjungi dokter. Karena walaupun bengkak dan infeksi akan sembuh dengan sendirinya, namun berdasarkan pengalaman, itu cukup mengganggu aktifitas.

Bahaya anak bagi kucing

Tidak hanya kucing yang berbahaya bagi anak, tapi berlaku juga sebaliknya di mana anak-anak bisa menjadi hal yang berbahaya bagi kucing.

Pasalnya, anak-anak tidak tahu mengenai apa itu kucing. Bahkan tidak tahu bagaimana memperlakukan kucing dengan tidak mengesampingkan kesejahteraannya. Contohnya, kucing bisa saja diajak bermain dengan cara yang membahayakan bagi kucing.

Sehingga, alasan itulah yang membuat kucing tidak boleh dijadikan sebagai mainan maupun sebagai teman bermain anak.

Catatan

Jika kita menyayangi kucing maka perlakukanlah kucing sebagaimana mestinya dengan tidak mengesampingkan sisi kesejahteraannya. Ingat, kucing adalah hewan, dan hewan adalah makhluk hidup yang sama seperti manusia. Sehingga, jika manusia ingin diperlakukan sebagai manusia maka kucing juga sama, ingin diperlakukan sebagai kucing.

© aLeziana

Tentang Penulis :

Hai, Saya adalah seorang blogger yang senang mempelajari berbagai macam hal, terutama seni, teknologi, dan ilmu pengetahuan umum. Saya membuat blog ini bertujuan untuk berbagi hal yang bermanfaat, termasuk hal yang telah saya pelajari.

Artikel Terkait

Post Terbaru Post Sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar